Info kursus
<p><span style="font-size: 11.0pt; line-height: 103%; font-family: 'Times New Roman',serif; mso-fareast-font-family: 'Times New Roman'; color: black; mso-ansi-language: EN-ID; mso-fareast-language: EN-ID; mso-bidi-language: AR-SA;">Stroke menjadi salah satu penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker yaitu 3.23 triliun rupiah pada tahun 2022. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2021 yaitu sebesar 1,91 triliun (BPJS Kesehatan, 2022). Hal ini menjadi tantangan dalam pembangunan kesehatan karena berdampak pada menurunnya tingkat produktivitas penduduk Indonesia akibat stroke. Permasalahan kesehatan yang ditimbulkan akibat stroke yaitu tingginya angka kesakitan, angka disabilitas dan angka kematian. Disabilitas akibat stroke yang menetap atau risiko serangan stroke berulang yang cukup tinggi, mengakibatkan pemeliharaan kesehatan individu paska stroke (stroke survivor) menghabiskan pembiayaan yang besar serta memberikan beban psikologis dan sosial. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara berkembang, menitikberatkan pada upaya pencegahan stroke pada pengendalian perilaku yang berisiko (seperti diet, aktifitas fisik, obesitas) dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan stroke, melakukan skrining terhadap masyarakat berisiko tinggi dan manajemen pengobatan arteriosklerosis yang dapat menurunkan risiko sebesar 80% dengan upaya pengendalian faktor risiko stroke pada individu dan menurunkan kejadian stroke sebesar 50% (Pemila, 2020).</span></p>
<p class="Default" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph; text-indent: 21.3pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11.0pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman',serif;">Selain permasalahan faktor risiko, pengenalan stroke sendiri belum diketahui masyarakat secara menyeluruh. Hal ini terlihat dari rendahnya pengetahuan masyarakat. tentang gejala awal stroke, sehingga terjadi keterlambatan membawa pasien ke fasyankes pada saat serangan akut yang berakibat pada terlambatnya penanganan yang tepat dan adekuat. Kesadaran dan peran aktif dari keluarga serta lingkungan sekitar dalam mengenal faktor risiko, tanda dan gejala stroke, perawatan serta rehabilitasi penderita stroke dapat membantu deteksi dini, pemulihan dan pemberdayaan kembali individu paska stroke untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya serangan berulang. Pencegahan dan penanggulangan stroke di masyarakat perlu ditingkatkan dan dilakukan secara terintegrasi antara tenaga kesehatan dengan keluarga atau masyarakat. </span></p>
<p class="Default" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph; text-indent: 21.3pt; line-height: 150%;"><span lang="EN-US" style="font-size: 11.0pt; line-height: 150%; font-family: 'Times New Roman',serif;">Berdasarkan uraian diatas maka Kementerian Kesehatan memandang perlu melakukan penguatan kapasitas petugas kesehatan di layanan primer dalam penanggulangan stroke di FKTP melalui penyelenggaraan Pelatihan Teknis Penanggulangan Stroke di FKTP. Dengan pelatihan diharapkan tenaga kesehatan di Puskesmas/ FKTP dapat mengimplementasikan Penanggulangan stroke dengan tepat sebagai upaya pencegahan dan pengendalian stroke di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penyelenggaraan pelatihan Teknis Penanggulangan Stroke di FKTP harus terstandar untuk menghasilkan kompetensi yang sama bagi alumni pelatihan tersebut. Untuk itu disusunlah kurikulum pelatihan Teknis Penanggulangan Stroke di FKTP yang akan menjadi acuan penyelenggara pelatihan dalam melaksanakan pelatihan tersebut.</span></p>